al-Shirwānī's glosses on Jurjānī's glosses on al-Urmawī's Maṭāliʻ al-anwār on Arabic logic.

Screening programmes are becoming increasingly popular since prevention is considered 'better than cure'. While earlier diagnosis may result in more effective treatment for some, there will be consequent harm for others due to anxiety, stigma, side-effects etc. A screening test cannot guarantee the detection of all 'abnormal' cases, therefore there will be false reassurance for some. A proper consideration of the potential benefit and harm arising from screening may lead to the conclusion that the programme should not be offered. A (...) modified utilitarian approach may be used for allocation of scarce resources in health care. Ethics has an important role in this evaluation. (shrink)

Two categories of life are currently recognized—chemosynthetic and photosynthetic—indicating their principal free energy resource as either chemicals or electromagnetic radiation. Building on recent developments in thermodynamics, we posit a third category of life—thermosynthetic life (TL)—which relies on environmental heat rather than traditional free energy sources. Since thermal energy is more abundant than chemicals or light in many settings, thermosynthesis offers compelling evolutionary possibilities for new life forms. Based on variants of standard cellular machinery, a physical model is proposed for the (...) conversion of thermal energy into biochemical work. Conditions favorable to thermosynthetic life and prospects for its discovery are assessed. Terrestrially, deep-subsurface unicellular anaerobic superthermophiles are deduced to be likely TL candidates. (shrink)

The concept of quantum principle is introduced as a principle whose formulation is based on specific quantum ideas and notions. We consider three such principles, viz, those of quantizability, local gauge symmetry, and supersymmetry, and their role in the development of the quantum field theory (QFT). Concerning the first of these, we analyze the formal aspects and physical contents of the renormalization procedure in QFT and its relation to ultraviolet divergences and the renorm group. The quantizability principle is formulated as (...) an existence condition of a self-consistent quantum version with a given mechanism of the field interaction. It is shown that the consecutive (from a historical point of view) use of these quantum principles puts still larger limitations on possible forms of field interactions. (shrink)

En Occidente son bien conocidos los pensadores rusos de los siglos XIX y XX: Fiodor Doctoievski, Lev Tolstoj, Vladimir Soloviev, Pavel Florenskij, Nicolaj Berdaiev y otros. Pero si los especialistas estudian con profundidad y seriedad el pensamiento ruso literario y filosófico. Por otro lado, las tradiciones filosóficas que se han desarrollado en Rusia a lo largo de los siglos constituyen sin duda parte de la cultura nacional rusa, así como de la cultura europea y mundial. Este breve artículo persigue dos (...) metas: dar a conocer al lector español algunos jalones del desarrollo de la filosofía rusa en el contexto de la historia del pensamiento europeo, con especial atención a su papel en el campo de la educación, y describir la situación y el papel de la filosofía en la actual sociedad rusa. (shrink)

Buku ini berawal dari sebuah disertasi yang ditulis Sr. Gerardette Philips, RSCJ, pengarangnya, untuk meraih gelar doktor di bidang Ilmu Filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta. Penerbitannya menjadi sebuah buku oleh Interfidei—sebuah Penerbit di Indonesia yang menaruh perhatian khusus pada persoalan dialog antaragama— sungguh layak disambut baik. Penerbitan buku ini dalam bahasa Inggris memiliki segi negatif maupun positifnya tersendiri. Segi negatifnya, hal itu membuat jumlah publik pembacanya di Indonesia lebih terbatas pada mereka yang dapat memahami bahasa Inggris. Jumlahnya (...) jelas jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pembaca buku ini kalau ditulis dalam bahasa Indonesia. Walaupun demikian, segi positifnya, dengan diterbitkannya dalam bahasa Inggris, publik pembaca yang dapat mengaksesnya secara internasional menjadi lebih banyak. Apalagi buku ini juga memuat Kata Pengantar dalam bahasa Inggris dari Prof. Seyyed Hossein Nasr, seorang tokoh Muslim yang hendak ditampilkan pengarang buku ini sebagai pemikir sekaligus pelaku dialog Muslim-Kristen yang melampaui pendekatan pluralisme. Tokoh dari pihak agama Kristen yang ditampilkan oleh pengarang adalah Hans Küng. Selama ini banyak orang beranggapan bahwa pluralisme merupakan paham hubungan antaragama, yang memiliki bentuk pendekatan yang paling tepat dalam melakukan dialog antaragama, termasuk di dalamnya dialog antara umat Muslim dan Kristen. Memang, dibandingkan dengan pendekatan eksklusivisme maupun inklusivisme, seperti ditegaskan oleh pengarang buku ini (hlm. 1; 60–63; 67), pluralisme memiliki kelebihan tersendiri. Namun, pluralisme mengandung beberapa kelemahan yang layak dikritik. Paling tidak ada tiga kelemahan pokok dari pendekatan pluralisme yang dicoba ditunjukkan dalam buku ini. Pertama, pluralisme mengandung bahaya tidak mengambil serius identitas keagamaan yang khas dan berbeda untuk setiap agama karena ingin menekankan keselarasan antara semua agama, agar tidak terjadi konflik antara pemeluk agama yang berbeda. Guna menguatkan pendapatnya, pengarang mengutip pernyataan Paul Knitter (hlm. 64) yang berbunyi: “Karena begitu terpesona oleh keindahan sebuah simfoni, kaum pluralis melupakan perbedaan dan kekhasan dari masing-masing alat musik yang dipakai.” Pendekatan pluralisme juga mengandung bahaya jatuh ke dalam relativisme, karena— terdorong oleh kehendak untuk mau bersikap terbuka terhadap penganut agama yang lain dan mau menghormati perbedaan keyakinan mereka— para pluralis lalu cenderung merelatifkan klaim kebenaran agamanya sendiri. Tanpa harus menjadi seorang eksklusivis—yang memutlakkan klaim kebenaran keyakinan agamanya sendiri seraya menganggap sesat keyakinan agama yang lain—keseriusan untuk sungguh meyakini kebenaran iman agama yang dipeluknya, sangat diperlukan dalam berdialog agar tidak menjadi kompromistis dan jatuh ke dalam relativisme. Sikap terbuka terhadap para pemeluk agama yang lain—yang berbeda dengan agamanya sendiri—memang diperlukan dalam sebuah dialog antaragama yang sejati. Namun, hal itu perlu dilakukan tanpa kehilangan jatidirinya sendiri sebagai pemeluk agama tertentu yang diyakini kebenarannya. Kelemahan ketiga dari pluralisme adalah bahaya menjadi imperialis tanpa disengaja. Kembali mengutip pernyataan Knitter (hlm.68), pengarang menyebut adanya dua kemungkinan seorang pluralis yang berniat baik tanpa disengaja menjadi seorang imperialis. Pertama, dengan terlalu cepat seorang pluralis menarik kesimpulan tentang adanya suatu dasar pijak atau platform yang sama dari macam-macam agama yang ada yang dapat mempersatukan semuanya. Kedua, ia dengan terlalu mudah merumuskan panduan umum bersama untuk melakukan dialog antaragama-agama yang berbeda................ Salah satu kelemahan buku ini—sebagai sebuah buku yang dimaksud- kan untuk dibaca oleh publik pembaca umum—adalah bahwa formatnya masih mempertahankan format aslinya sebagai sebuah disertasi dan belum cukup diolah untuk dijadikan buku yang lebih dapat diakses dan lebih enak dibaca oleh publik pembaca umum. Bahkan di dalamnya masih dapat ditemukan kata “disertasi” dan belum diganti dengan kata “buku” (lihat hlm. 11). Semboyan dalam bahasa Latin “Extra Ecclesiam Nulla Salus,” artinya “Di luar Gereja tidak ada keselamatan,” yang dalam teks asli disertasi salah ditulis “Extra Ecclesiam Nulla Sales!” masih terulang kesalahannya dalam buku ini (lihat hlm. 90). Lepas dari kelemahan kecil di atas, penerbitan buku ini sekali lagi sungguh layak dihargai dan jelas menambah khasanah intelektual yang dapat memperkaya wawasan maupun memberi inspirasi yang berguna bagi siapa saja yang bermaksud mengembangkan dialog antaragama pada umumnya dan khususnya dialog Muslim-Kristen yang menjadi fokus perhatian dalam buku ini. Sr. Gerardette Philips, RSCJ, Ph.D., penulis buku ini, bukan hanya menjadi seorang akademikus yang telah meneliti pemikiran Hans Küng dan Seyyed Hosein Nasr, tetapi ia sendiri sudah cukup lama terlibat dalam upaya mengembangkan dialog Muslim- Kristen. Beliau bahkan sempat menjadi anggota tim penasihat Paus Benedictus XVI dalam Komisi Kepausan dalam Bidang Hubungan dengan Islam. Pengalamannya yang cukup banyak dalam mewujudkan dialog hidup antara umat Islam dan umat Katolik jelas ikut memperkaya wawasan dalam buku ini. (J. Sudarminta, Program Pascasarjana, Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta). (shrink)

Over the last 10–15 years the second law of thermodynamics has undergone unprecedented scrutiny, particularly with respect to its universal status. This brief article introduces the proceedings of a recent symposium devoted to this topic, The second law of thermodynamics: Foundations and Status, held at University of San Diego as part of the 87th Annual Meeting of the Pacific Division of the AAAS (June 19–22, 2006). The papers are introduced under three themes: ideal gases, quantum perspectives, and interpretation. Roughly half (...) the papers support traditional interpretations of the second law while the rest challenge it. (shrink)

Many current abortion regulations represent an over-medicalization of abortion or a corruption of abortion's true medical nature, with disproportionate consequences to women with lower incomes and lesser means. This article explores the effects of unnecessary and harmful abortion restrictions on women living in poverty. A brief summary of the major abortion rights cases explains how the Constitution, as currently interpreted, vests the government and sometimes the medical profession with the power to protect women's health, rather than granting this power to (...) women themselves. The article then argues for a new approach for protecting women's health and respecting their dignity by reframing reproductive rights as health rights that women themselves can assert. (shrink)

Antimicrobial resistance (AMR) poses an increasing threat to patient care and population health and there is a growing need for novel therapies to tackle AMR. Bacteriophage (phage) therapy is a re-emerging antimicrobial strategy with the potential to transform how bacterial infections are treated in patients and populations. Currently, in the UK, phages can be used as unlicensed medicinal products on a ‘named-patient’ basis. We make an ethical case for why it is crucially important for the UK to invest in Good (...) Manufacturing Practice (GMP) for both ongoing unlicensed and future licensed phage therapy. Access to phages produced to GMP (GMP phages) will ensure effective patient care and better outcomes as well as health systems benefits. The UK also has the potential to become a global leader in the timely and cost-efficient manufacturing and supply of a therapy that meets internationally recognised standards. (shrink)

Originally published in 1936, this book presents the ancient Greek text of the paraphrases and quotations of Zeno's philosophical arguments, together with a facing-page English translation and editorial commentary. Detailed notes are incorporated throughout and a bibliography is also included. This book will be of value to anyone with an interest in Zeno and ancient philosophy.

The subject of the present inquiry is the approach-to-the-truth research, which started with the publication of Sir Karl Popper's Conjectures and Refutations. In the decade before this publication, Popper fiercely attacked the ideas of Rudolf Carnap about confirmation and induction; and ten years later, in the famous tenth chapter of Conjectures he introduced his own ideas about scientific progress and verisimilitude. Abhorring inductivism for its apprecia tion of logical weakness rather than strength, Popper tried to show that fallibilism could serve (...) the purpose of approach to the truth. To substantiate this idea he formalized the common sense intuition about preferences, that is: B is to be preferred to A if B has more advantages andfewer drawbacks than A. In 1974, however, David Millerand Pavel Tichy proved that Popper's formal explication could not be used to compare false theories. Subsequently, many researchers proposed alternatives or tried to improve Popper's original definition. (shrink)

The two leading cognitive accounts of consciousness currently available concern global workspace (a form of working memory) and metacognition. There is relatively little interaction between these two approaches and it has even been suggested that the two accounts are rival and separable alternatives. Here, we argue that the successful function of a global workspace critically requires that the broadcast representations include a metacognitive component.

Introduction: Aristotle's phantasia and the ancient concept of imagination -- Visualization, vividness (enargeia) and realism -- Mathematical projection, copying and analogy -- Prophecy, inspiration and allegory -- Conclusion: ancient and modern imagination.

Islam and society; religious life; Islam.

CHAPTER ONE A "COPERNICAN REVOLUTION" IN THEOLOGICAL METHOD A. Introduct1on The subject of theology is the history of the communion of God with man and of ...

Clark and Chalmers (1998) defend the hypothesis of an ‘Extended Mind’, maintaining that beliefs and other paradigmatic mental states can be implemented outside the central nervous system or body. Aspects of the problem of ‘language acquisition’ are considered in the light of the extended mind hypothesis. Rather than ‘language’ as typically understood, the object of study is something called ‘utterance-activity’, a term of art intended to refer to the full range of kinetic and prosodic features of the on-line behaviour of (...) interacting humans. It is argued that utterance activity is plausibly regarded as jointly controlled by the embodied activity of interacting people, and that it contributes to the control of their behaviour. By means of specific examples it is suggested that this complex joint control facilitates easier learning of at least some features of language. This in turn suggests a striking form of the extended mind, in which infants’ cognitive powers are augmented by those of the people with whom they interact. (shrink)